3. JANGAN SIA-SIAKAN BULAN RAMADHAN
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ قَدِيْمِ اْلإِحْسَانِ ذِي الْعَطَاءِ الْوَاسِعِ وَاْلاِمْتِنَانِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Jama'ah shalat tarawih
yang dimulyakan Allah Ta'ala
Mengapa Ramadhan yang
dalam sejarah senantiasa mengantarkan umat Islam pada kemenangan dan kejayaan,
tetapi pada saat ini nyaris tiada sedikitpun menggugah nasib umat yang besar
ini. Kenapa ramadhan bagi ummat islam hari ini seperti sebuah agenda rutin
tahunan yang tidak menjadikan peningkatan setelahnya ?
Mungkin semua ini
disebabkan karena perbedaan kualitas kaum muslimin dalam mengisi Ramadhan dari
zaman ke zaman. Jika dahulu kala Ramadhan benar-benar menjadi momentum untuk
menempa fisik dan mental secara intensif. Kemudian lahir jiwa-jiwa pejuang yang
siap mengusung beban dakwah Islam, maka hal tersebut sekarang mulai
ditinggalkan. Jika Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan para sahabat
mengisi ramadhan dengan berbagai amalan shalih, ummat islam hari ini nyaris
mengisi Ramadhan dengan hal-hal yang sia-sia dan bahkan perbuatan dosa.
Kebanyakan mereka membagi
waktunya menjadi tiga bagian besar selama Ramadhan. Yaitu, pertama :
bermalas-malasan dan tiduran di siang hari, kemudian makan sekenyang-kenyangnya
dan bergembira mencari hiburan di malam hari. Barangkali inilah kunci mengapa
Ramadhan nyaris tak membuat perubahan bagi umat kita di hari-hari ini.
Ma'asyiral muslimin
rahimakumullah
Maka, jika ummat islam
ingin membuat perubahan pada diri dan masyarakat, harus meninggalkan berbagai
perbuatan sia-sia dan cenderung pada dosa. Karena hal itu akan mengurangi pahal
puasa seseorang. Diantara perbuatan tersebut kami rincikan sebagai berikut :
Mengisi Ramadahan dengan
banyak tidur
Kita sering mendengar ada sebagian da’i
yang menyampaikan bahwa tidur orang yang berpuasa adalah ibadah. Bahkan
dikatakan ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga
dengan penyampaian semacam ini, orang-orang pun akhirnya bermalas-malasan di bulan
Ramadhan bahkan mereka lebih senang tidur daripada melakukan amalan karena
termotivasi dengan hadits tersebut. Hadist tersebut berbunyi ;
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ
تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah
ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala
amalannya pun akan dilipatgandakan.”
Padahal hadits ini adalah hadits yang dho’if.
Syaikh Al Albani dalam Silsilah Adh Dho’ifah no. 4696 mengatakan bahwa
hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah).
Sekiranya benar bahwa tidurnya orang berpuasa
adalah ibadah, tentu kita tidak akan pernah mendengar kisah betapa
bersemangatnya para sahabat dan salafus sholeh dalam menyambut dan mengisi
ramadhan. Bukan hanya dengan puasa dan amal kebaikan, bahkan banyak peristiwa
jihad juga terjadi pada bulan ramadhan. Perang Badar dan Fathul Makkah adalah
sekian dari banyak kancah jihad yang sukses ditorehkan sebagai kemenangan oleh
kaum muslimin. Begitu pula begitu lengkap dalam hadits diungkap kesibukan
Rasulullah SAW dan masyarakatnya dalam mengisi Ramadhan. Diibaratkan pula
bagaimana beliau mengikat kain sarungnya di sepuluh malam yang terakhir sebagai
pertanda kesungguhan dalam ibadah dan mengurangi tidur ? Maka semestinya
contoh-contoh seperti inilah yang kita tiru dalam hari-hari Ramadhan kita yang
segera menjelang nanti.
Jama'ah shalat tarawih yang berbahagia
Meski demikian, tidurnya orang yang
berpuasa di siang hari dengan tujuan untuk menguatkan badan agar mampu untuk
shalat tarawih dan tilawah di malam harinya, maka hal tersebut berpahala dan
dinilai ibadah.
Ibnu Rajab pun menerangkan hal yang
sama, “Jika makan dan minum diniatkan untuk menguatkan badan agar kuat ketika
melaksanakan shalat dan berpuasa, maka seperti inilah yang akan bernilai
pahala. Sebagaimana pula apabila seseorang berniat dengan tidurnya di malam dan
siang harinya agar kuat dalam beramal, maka tidur seperti ini bernilai ibadah.”
(Latho-if Al Ma’arif, 279-280)
Pelampiasan saat berbuka
Puasa adalah sarana untuk menahan hawa
nafsu. Nafsu untuk makan dan minum, berbicara kotor dan ghibah, serta hal-hal
yang tidak disenangi islam lainnya. Jika seseorang berhasil dalam menahan nafsu
tersebut, maka kehidupannya di bulan Ramadhan akan tambah irit, sehat dan penuh
barakah.
Tetapi pada kenyataannya berbeda.
Begitu waktu berbuka tiba, berbagai macam makanan tersedia bahkan makanan yang
biasanya tidak ada maka diada adakan dan hampir semuanya masuk perut. Akibatnya
ia akan marasa kekenyangan sehingga malas untuk shalat magrib isya bahkan
shalat tarawih terlewatkan. Kalaupun dilaksanakan, dilakukan dengan waktu yang
telat dan terpaksa karena malas kekenyangan. Maka sia sialah perjuangannya
selama siang hari.
Ma'asyiral muslmin rahimakumullah
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam
telah mencontohkan pada kita tentang berbuka puasa. Dalam sebuah hadist
disebutkan ;
إِذَا
أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ بِالتَّمْرِ فَإْنَّهُ بَرَكَةٌ فَإِنْ
لَمْ يَجِدْ تَمْرًا فَالْمَاءُ فَإِنَّهُ طَهُوْرٌ
Dari
Salman ibn ‘Aamir, Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian akan berbuka puasa,
maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah, kalau tidak ada maka
dengan air karena air itu bersih dan suci. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Rasulullallah telah mencontohkan untuk
berbuka dengan kurma secukupnya. Jika tidak ada maka dengan air. Dan buka puasa
dengan cara ini akan membuat badan kita sehat. Sebaliknya, buka puasa dengan
memakan makanan yang berada di atas meja hingga kekenyangan, akan mengakibatkan
lemahnya badan. Akhirnya timbul kemalasan hingga luput darinya berbagai kebaikan
di malam bulan Ramadhan.
Ngabuburit jalan-jalan
Kini tradisi menunggu waktu buka puasa
dan jalan jalan pagi setelah shalat subuh, bukan hanya terjadi dikota kota besar. Tetapi
kebiasaan tersebut telah merambah ke perkampungan. Mereka berkumpul atau bergerombol
dipinggir jalan ataupun di alun alun ( lapangan ). Yang prianya mengganggu
orang lain bahkan terkadang melemparkan mercon (peltasan ) kepada pengendara
kendaraan yang lewat. Sedangkan wanitanya menggunakan celana pendek kaos
singlet sehingga auratnya terlihat oleh siapa saja yang melihatnya. Lebih dari
itu, ada yang berangkulan pria dan wanita mojok ditaman taman.
Alangkah baiknya jika dalam menunggu
waktu berbuka kita gunakan untuk membantu orang tua menyiapkan makanan atau
diisi dengan ibadah zikir, baca qur’an, mendengar ceramah dan hal lainya yang
bermanfaat. Bukan dengan berbagai amalan yang dibenci Islam dan merusak puasa
kita.
Masih banyak lagi perbuatan sia-sia seperti main
catur, kartu domino, nonton TV, bermain Game, mendengar musik dan semacamnya
dengan dalih untuk menghilangkan kejenuhan sambil mengisi waktu luang menunggu
waktu berbuka puasa. Semua ini harus ditinggalkan jika menginginkan puasanya
diterima disisi Allah Ta’ala. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;
مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ
حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan
dusta, perbuatan dusta, dan (ucapan atau perbuatan) kebodohan, niscaya Allah
tidak memerlukan usaha dirinya dalam meninggalkan makanan dan minuman (shaum)."
(HR. Bukhari no. 6057, Ibnu Majah no. 1689, dan Ahmad no. 8529).
Sedangkan
perbuatan dan ucapan kebodohan dalam hadist di atas adalah setiap perbuatan dan
ucapan yang mengandung kemaksiatan akan merusak pahala seseorang. Maka tinggal
kita, apakah puasa kita ingin mendapatkan balasan yang besar, atau hanya
mendapatkan lapar dan dahaga ?. jika menginginkan pahala yang besar maka wajib
bagi kita meninggalkan berbagai perbuatan dosa. Karena amat rugilah orang yang
melewatkan Ramadhan tanpa mendapatkan pahala sedikitpun.
Demikian
kultum yang kam isampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Ramadhan kita diberkahi oleh Allah Ta'ala.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ.