13. MERAIH KEKHUSYU’AN DALAM SHALAT
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
Khusyu' adalah perasaan
hati yang merendah dan hina di hadapan Allah Ta'ala dan tidak ada rasa
sombong sedikitpun. Kehusyu'an inilah yang akan menahan para pemiliknya untuk
melakukan perbuatan keji dan munkar. Dengan kekhusyu'an inilah kebahagiaan
dunia dan akhirat akan dirasakan oleh seseorang. Allah Ta’ala berfirman
;
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ
هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
salatnya”. [ QS. Al-Mu’minun 1-2 ].
Shalat seharusnya
dilakukan dengan sepenuh hati. Tidak hanya untuk menggugurkan kewajiban saja.
Tetapi menjadi waktu yang istimewa saat ia bermunajad kepada Sang Pencipta yang
Maha Tinggi. Saat-saat yang harus dihiasi dengan hati yang suci jauh dari
pikiran duniawi. Dan harus dilakukan dengan tuma’ninah tidak hanya
gerakan-gerakan dhahiri.
Yang Pertama Kali Diangkat
Betapa banyak orang yang
sudah berusaha pada awal shalat untuk khusyu’ dan ternyata ia gagal pada
akhirnya. Hal ini dikarenakan masih lekatnya bayangan-bayangan dunia dalam
pikirannya. Sedikit sekali dari kita yang mendapat kekhusyu’an kecuali yang
dirahmati Allah Ta’ala. dan kekhusyu’an inilah amalan yang pertama kali
dicabut dari hati seorang hamba.
Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam telah mensabdakan dalam haditsnya :
أَوَّلُ شَيْئٍ يُرْفَعُ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ الْخُشُوْعُ حَتَّى لاَ
تَرَى فِيْهَا خَاشِعاً
“Pertama kali yang akan dicabut pada umat
ini adalah khusyu’ sampai engkau tidak akan melihat lagi ada orang yang
khusyu’.”
(H.R Ath Thabrani dalam Al Kabir, dari sahabat Abu Dzar yang dishahihkan oleh
Asy Syaikh Al Albani).
Tidak khusyu’nya dalam shalat
juga akan mengakibatkan pelakunya belum dapat mencegah perbuatan keji dan
munkar. Akibatnya ia tetap melakukan perbuatan yang dilarang tersebut meski ia
juga rajin mengerjakan shalat.
Kenapa tidak Khusyu’?
Yang jadi pertanyaan
adalah, kenapa tidak bisa khusu'? Jawabannya adalah, kesibukan dunia yang amat
sangat menggelayuti hatidan pikiran kita. Sehingga kesibukan tersebut ikut
masuk dalam shalat kita. Dan tidak mungkin seseorang bisa menjadi khusu'
kecuali ia harus membuang ingatan-ingatan dunianya jauh-jauh serta melaksanakan
shalat tersebut dengan tuma’ninah.
Atau juga dikarenakan pelaksanaan
shalat dengan cepat dan singkat seperti ayam yang mematuk makanan. Ini adalah
perbuatan yang dibenci Allah Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda dalam haditsnya ;
لاَ يَنْظُرُ
اللَّهُ إِلَى صَلاَةِ رَجُلٍ لاَ يُقِيمُ صُلْبَهُ بَيْنَ رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ.
“Allah tidak akan melihat shalat seseorang
yang tidak meluruskan tulang punggungnya ketika rukuk dan sujud.” [ HR. Ahmad ].
Bahkan dalam hadits yang
lain beliau memerintahkan seseorang yang tidak tuma’ninah dalam shalat untuk
mengulangi shalatnya ;
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam masuk ke dalam masjid dan
seseorang mengikutinya. Orang itu mengerjakan shalat kemudian menemui Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengucapkan salam. Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam membalas salamnya dan berkata, “Kembalilah dan shalatlah
karena kau belum shalat”, orang itu mengerjakan shalat dengan cara sebelumnya,
kemudian menemui dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Beliau pun kembali berkata, “Kembalilah dan shalatlah karena kau
belum shalat”. Hal ini terjadi tiga kali. Orang itu berkata, “Demi Dia yang
mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak dapat mengerjakan shalat dengan
cara yang lebih baik selain dengan cara ini. Ajarilah aku bagaimana cara
shalat”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ketika kau berdiri untuk
shalat , ucapkan takbir lalu bacalah (surah) dari Al Quran, kemudian rukuklah
hingga kau merasa tenang (tuma’ninah). Kemudian angkatlah kepalamu dan berdiri
lurus, lalu sujudlah hingga kau merasa tenang (tuma’ninah) selama sujudmu,
kemudian duduklah dengan tenang, dan kerjakanlah hal yang sama dalam setiap
shalatmu”. [ HR. Bukhari Muslim ]
Saudaraku yang dirahmati
Allah Ta'ala. Adalah para salafus shalih jika mereka melakukan shalat,
keadaan mereka seperti tiang yang tidak bergerak. Sehingga jika ada burung yang
hinggap di badannya pun, burung tersebut merasa bahwa ia menghinggapi barang
mati. Dan hati mereka sudah sampai di masjid walau jasadanya di rumah. Sangat
kontras dengaan kondisi kita. Jasad yang berada di masjid sementara hati dan
pikiran kita masih di rumah dan tempat kerja.
Tips Khusyu’ Dalam Shalat
Menghadirkan kekhusyu’an
dalam shalat adalah perkara yang tidak mudah. Namun dengan usaha yang serius
dan doa semuanya akan didapat. Cara yang paling ampuh adalah merasakan bahwa
shalat yang kita kerjakan seperti shalat yang terakhir sebelum meninggal.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah
menasehati seseorang dengan mengatakan ;
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
عَلِّمْنِي وَأَوْجِزْ قَالَ إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ
مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعْ الْيَأْسَ
عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ
“Seorang
laki-laki menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu berkata: “Ya
Rasulullah. Berilah aku nasehat yang ringkas.” Maka beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda: “Kalau
Engkau mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak
meninggalkan (dunia). Jangan berbicara dengan satu kalimat yang esok hari kamu
akan meminta udzur karena ucapan itu. Dan perbanyaklah rasa putus asa terhadap
apa yang ditangan orang lain.” (Hasan. Dikeluarkan oleh Ahmad
(5/412), Ibnu Majah(4171), Abu Nu’aim dalam Al
Hilyah (1/462) Al
Mizzi (19/347) dan Lihat Ash
Shahihah (401)).
Imam Hatim Al-Ashim suatu
hari ditanya, "Bagaimana kondisimu ketika engkau melaksanakan shalat,
wahai Hatim?" Ia menjawab, "Ketika saya melaksanakan ssalat, saya
jadikan Kakbah ada di hadapanku, kematian di belakangku, ash-Shirath di
bawah dua telapak kakiku, Jannah di sebelah kananku, neraka ada
disebelah kiriku dan saya merasa Allah mengawasiku,
lalu saya sempurnakan ruku dan sujud, kemudian bila saya telah mengucapkan
salam saya tidak mengetahui apakah Allah Ta’ala akan menerima atau
menolaknya."
Shalat yang tidak ada
kekhusyu'an di dalamnya seperti jasad tanpa ruh. Dan jika hati seseorang bisa
khusyu' saat shalat, pasti badannya akan merasakan tenang saat melakukan
berbagai gerakan dalam shalat.
Jika kita ingin
mendapatkan keberuntungan dan kenikmatan dunia dan akhirat, tidak ada jalan
lain harus berusaha menjaga dan mengusahakan kekhusyu'an dalam shalat kita.
Karena hanya dengan dekat pada Allah Ta’ala, menangis saat shalat dan
meresapi bacaan-bacaan shalat akan menjadikan hati kita tenang.
وَالْعَصْرِ * إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ * وَ أَقُوْلُ رَبِّغْفِرلَنَا وَ
ارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحَمِيْن
[Amru ]