7. SAAT RASA MALU HILANG DARI SESEORANG
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ اللهِ
وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى
يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat
kesehatan dan kesempatan, sehingga kita ditaqdirkan dapat melaksanakan shalat tarawih
di masjid ini.
Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Sallahu
‘Alaihi Wasallam yang telah membawa umat ini dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam.
Ma’asyiral
Muslimin yang dimulyakan Allah Ta’ala
Manusia akan tetap dalam
kebaikan selama rasa malu masih terpelihara. Karena rasa malu itulah yang
menyebabkan seseorang menjauhi maksiat, selalu dalam ketaatan dan kebaikan. Dan
jika rasa malu ini telah hilang dari seseorang, maka hilanglah berbagai
kebaikan dari dirinya.
الْحَيَاءُ
خَيْرٌ كُلُّهُ قَالَ أَوْ قَالَ الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ
"Malu itu adalah baik
semuanya." Atau dia berkata, "Malu itu semuanya adalah baik." (HR. Muslim).
Terlebih lagi kaum wanita,
makhluk yang Allah Ta’ala jadikan lebih banyak memiliki rasa malu
dibandingkan lelaki. Namun ironisnya, hari ini banyak wanita yang justru
mencampakkan jauh-jauh sifat mulia yang terpuji ini. Sehingga, terlalu banyak
kita jumpai kaum wanita yang lebih tidak tahu malu dari pada laki-laki.
Wanita di zaman ini telah
pudar rasa malunya. Sehingga hakikat penciptaan wanita yang seharusnya menjadi
perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini
wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku
wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan
emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.
Akhirnya banyak para wanita yang keluar rumah dengan celana pendek, pakaian
ketat, atau pakaian serba mini dengan alasan kebebasan mengikuti tren agar tak
ketinggalan zaman.
Di zaman ini justru banyak wanita yang
memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos
kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga
kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari
emas permata. Kita juga diperlihatkan tingkah para ABG yang bergandengan tangan
bersama pasangan-pasangan mereka atau berpelukan saat naik kendaraan. Atau
ibu-ibu dan bahkan nenek-nenek yang memakai rok mini atau celana pendek dengan
dandanan menor pada wajahnya. Tidak hanya itu, budaya suap, korupsi, kolusi dan
nepotisme seakan sudah menjadi kebiasaaan yang tidak lagi tabu di masarakat
kita hari ini. Naudzubillah min dzaliik…
Rasa Malu Menurut
Para Ulama
Jama’ah Shalat Tarawih
yang dimulyakan Allah Ta’ala
Para ulama salaf banyak yang memberikan komentar atau
tanggapan serta mendefinisikan tentang malu tersebut. Meskipun disampaikan oleh
banyak ulama, namun pada intinya subtansi pengertian malu tersebut adalah sama walau
pengungkapan kalimatnya yang berbeda.
Menurut penuturan Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah alhaya’
(rasa malu) diambil dari kata-kata hayat (kehidupan). Sehingga kekuatan rasa
malu itu sebanding lurus dengan sehat atau tidaknya hati seseorang.
Berkurangnya rasa malu merupakan pertanda dari matinya hati dan ruh orang
tersebut. Semakin sehat suatu hati maka akan makin sempurna rasa malunya.
Malu adalah suatu akhlak terpuji yang
mendorong seseorang untuk meninggalkan suatu amalan yang mencoreng jiwanya,
karena akhlak ini bisa mendorong dia untuk berbuat kebaikan dan menjauhi
kemungkaran.
Rasa malu merupakan bagian dari
keimanan bahkan dia merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya keimanan
seorang muslim. Karenanya, manusia yang paling beriman -yaitu Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam- adalah manusia yang paling pemalu, bahkan melebihi
malunya para wanita yang dalam pingitan. Intinya, malu tidaklah menghasilkan
kecuali kebaikan dan dia tidaklah datang kecuali dengan membawa kebaikan pula.
Dampak
Hilangnya Rasa Malu Dalam Diri
Sidang
Shalat Tarawih yang dirahmati Allah Ta’ala
Setiap orang mempunyai rasa malu. Akan
tetapi, rasa malu itu bisa luntur dan pudar, hingga akhirnya lenyap (mati)
karena berbagai sebab. Jika malu sudah mati dalam diri seseorang, berarti sudah
tak ada lagi kebaikan yang bisa diharapkan dari dirinya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassallam bersabda :
إِنَّ مِمَّا
أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحِ
فَافْعَلْ مَا شِئْتَ
"Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda: "Perkataan pertama yang diperoleh
oleh manusia dari perkataan kenabian adalah, 'Jika kamu tidak malu maka
berbuatlah sesukamu.”
[ HR. Abu Daud 4164 ].
Dapat dibayangkan, bila rasa malu itu
hilang dalam diri seseorang, segala perilakunya makin sulit dikendalikan.
Sebab, dia akan melakukan berbagai perbuatan tak terpuji, seperti mencuri ,
korupsi, menipu, mempertontonkan aurat dengan pakaian yang seksi dan mini,
berzina, mabuk-mabukan, pembajakan, pelecehan seksual, dan pembunuhan. Mereka
sudah dikuasai oleh nafsu serakah. Orang yang sudah dikuasai nafsu serakah dan
tidak ada lagi rasa malu dalam dirinya maka perbuatannya sama dengan perilaku
hewan yang tidak punya akal. Berbagai macam kemaksiatan dan kemunkaran
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupannya
sehari-hari. Tidak bisa lagi membedakan yang mana haram dan yang mana halal.
Bahkan ada di antara orang yang berucap sekarang ini jangankan yang halal,
sedangkan yang haram saja sudah sulit diperoleh, nauzubillah minzdalik.
Jama’ah
Shalat Tarawih yang dirahmati Allah Ta’ala
Jika rasa malu pada jaman dahulu saja
sangat ditekankan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, maka zaman
ini lebih butuh lagi oleh kita. Kita butuh generasi-generasi yang masih memiliki
rasa malu untuk membenahi umat serta menuntun mereka pada jalan kebenaran.
Hilangnya rasa malu dalam diri
kebanyakan orang merupakan penyebab dari kehancuran iman. Karenanya apabila
dibiarkan berlarut-larut tanpa disadari oleh mereka, maka ujung-ujungnya
berakhir pada kemurkaan Allah ‘Azza Wa Jalla. Marilah kita lihat diri kita, apakah
rasa malu saat berbuat dosa masih kita rasakan? Atau bahkan bangga dengan
perbuatan dosa? Tidak dapat dijawab kecuali diri kita sendiri. Hanya pada Allah
Ta’ala kita memohon agar diberikan rasa malu tersebut dan dikuatkan pada
diri kita. Demikian khutbah yang kami sampaikan, semoga bermanfaat pada diri
saya dan jamaah sekalian.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ.
[
Nur kholis ]