24. MEMBURU LAILATUL QADAR
Kebanyakan orang lebih yakin dengan janji manusia
dengan janji Allah Ta’ala. Lebih bersemangat untuk meraih janji-janji manusia
dibanding janji Allah Ta’ala. Jika ada pengumuman hadiah uang yang besar bagi
siapa yang beribadah di salah satu malam bulan Ramadhan sehingga bisa digunakan
untuk hidup 83 tahun 4 bulan, tentulah manusia bersemangat. Atau barang siapa
yang menghidupkan malam-malam ganjil bulan Ramadhan akan dijanjikan mobil
mewah, tentulah manusia bersemangat untuk mendapatkannya.
Padahal Allah Ta’ala telah menjajikan kepada manusia
pada malam lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan. Beribadah pada malam
tersebut lebih baik dari ibadah seseorang selama seribu bulan. Padahal seribu
bulan adalah 83 tahun 4 bulan. Allah Ta’ala berfirman ;
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ
فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
(5)
Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam
kemuliaan itu?. Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu
(penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar. ( QS. Al Qadar : 1 – 5 ).
Tetapi banyak manusia yang tidak berusaha untuk
merebutnya. Mereka malah asyik dengan berdagang dan kegiatan lainnya. Karena
memang akhir Ramadhan adalah waktu yang paling ramai terutama di tempat
perbelanjaan dan mool. Mereka sibuk mempersiapkan lebaran dibandingkan sibuk
untuk meraih malam lailatul qadar.
Tafsir surah al qodar
Dalam menjelaskan surat
al Qadar, Ibnu Katsir rahimahullah berkata. “Suatu ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
kepada para sahabat radhiyallahu ‘anha tentang seorang pria dari Bani Israil yang
menggunakan senjatanya di jalan Allah Ta’ala selama seribu bulan. Hal ini
membuat sahabat radhiyallahu ‘anha terkejut. Kemudian Allah Ta’ala menurunkan
ayat: ‘Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam Al-Qadr. Dan tahukah
kamu apakah malam Al-Qadr itu? Malam itu lebih baik dari seribu bulan.’
Dalam surat ini Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Ia
telah menurunkan Al-Quran pada malam Al-Qadr. Sebuah malam yang sangat
berkah yang lebih baik dari seribu bulan. Jika kita hitung maka nilainya sama dengan sekitar 83
tahun lebih 4 bulan. Sesungguhnya seseorang yang beribadah pada malam itu, sama baginya dengan beribadah selama 83 tahun 4 bulan
lamanya pada malam atau hari-hari biasa. Sebuah keutamaan yang sangat luar
biasa. Allah Ta’ala anugerahkan kepada umat Muhammad sallallahu alaihi
wasallam yang berumur relatif lebih pendek dibanding umat terdahulu. Allah Ta’ala berfirman : ‘Turun para malaikat dan ar-Ruuh pada malam
itu dengan izin Tuhan mereka untuk segala urusan’. Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa pada
malam Al-Qadr, malaikat yang turun pada malam itu semakin banyak karena
banyaknya berkah dan rahmat pada malam itu. Para malaikat itu turun bersamaan
dengan rahmat dan berkah dan mereka akan turun kepada orang-orang yang membaca
Al-Quran. Dan para malaikat akan
mengelilingi majelis-majelis dzikir serta meletakkan sayapnya pada orang yang
menuntut ilmu sebagai penghormatan.
Sedang yang dimaksud dengan ar-Ruuh,
Ibnu Katsir menjelaskan : Bahwa itu adalah Jibril alaihis salam dengan pengungkapan yang khusus. Namun ada pula yang berpendapat bahwa itu adalah
sejenis malaikat seperti tersebut dalam Surat An-Naba (Wallahu a’lam). Mengenai
firman Nya: ‘untuk segala urusan’, berkata Mujahid bahwa malam
itu sejahtera dan selamat dari segala urusan. Riwayat lain mengatakan bahwa
yang dimaksud adalah pada malam itu setan tidak bisa berbuat kejahatan.
Sedang mengenai ayat terakhir: ‘Malam
itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar’, berkata Sa’id bin
Manshur, ‘berkata kepada kami Hisyam dari Abu Ishaq bin Asy-Syaib, tentang
firman Allah: ‘Untuk segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit
fajar’, ia berkata, para malaikat menyejahterakan malam Al-Qadr itu bagi para
penghuni masjid hingga terbit fajar.’
Lalu, kapankah Lailatul Qadr
tersebut datang?. Mengenai hal ini Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan
bahwa terdapat sekitar 40 perbedaan pendapat berkenaan dengannya. Beberapa
pendapat mengatakan bahwa ia jatuh pada malam ke-21. Sedang sebagian lain mengatakan malam ke-27 (merupakan
salah satu pendapat terkuat) dan masih banyak lagi dengan masing-masing
hujjahnya. Bahkan sebagian pendapat mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang
dapat mengetahui pasti kapan tepatnya Lailatul Qadr tersebut datang. Namun yang
jelas, bahwa Lailatul Qadr tersebut jatuh di antara 10 malam terakhir dari
Bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :
“Adalah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam beri’tikaf pada sepuluh yang akhir dari bulan
Ramadhan, dan beliau bersabda: ‘Hendaklah kalian mencari lailatul qadar pada
sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan.’” (H. R. Bukhari – Muslim).
Ada hikmah tidak di disebutkannya
secara jelas kapan terjadinya lalaitul qadar. Diantaranya adalah, pertama; Agar amal ibadah kita lebih banyak. Sebab dengan
dirahasiakannya kapan waktu Lailatul Qodar, kita akan terus mencarinya dan
memperbanyak sholat, dzikir, doa dan membaca Al-Qur’an di seluruh malam-malam
terakhir Ramadhan terutama malam yang ganjil. Dengan demikian kita akan semakin
dekat dengan Allah dan pahala kita semakin banyak. Kedua; Hal ini sebagai ujian dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala, untuk mengetahui siapa di antara para hamba-Nya yang
bersungguh-sungguh dalam mencari Lailatul Qodar dan siapa yang bermalas-malasan
serta meremehkannya. (Majaalis Syahri Ramadhaan, karya Syaikh
al-‘Utsaimin, hal. 163)
Menghidupkan
Lailatul Qodar
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa
yang mendirikan sholat pada malam Lailatul Qodar karena iman dan mengharapkan
pahala (dari Allah), niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, n0. 1901 dan Muslim, no. 759).
Sufyan
Ats-Tsauri rahimahullah mengatakan, “Amal yang paling aku sukai dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika telah memasuki sepuluh hari
terakhir adalah sholat Tahajjud pada malam hari dan bersungguh-sungguh di
dalamnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga membangunkan
keluarga dan anak-anaknya untuk sholat jika mereka mampu untuk itu.” (Lathoif
Ma’arif, hal. 331)
Menghidupkan Lailatul Qodar tidak harus dengan sholat
saja. Tapi bisa pula dengan dzikir, do’a dan membaca Al-Qur’an. Namun amalan shalat adalah
amalan yang lebih utama dari amalan lainnya di malam Lailatul Qodar berdasarkan
hadits di atas.
Sedangkan
amalan bagi wanita yang haids di bulan ramadhan adalah : Membaca Al-Qur’an
tanpa menyentuh mushof. Kemudian juga berdzikir dengan memperbanyak bacaan
tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid
(alhamdulillah) dan sitighfar serta dzikir dan do'a lainnya.
Itulah beberapa hal yang berkenaan dengan lailatul qadar. Sebagai seorang
muslim yang menginginkan pahala dan ampunan Allah, tentunya tidak akan kita
sia-siakan ia berlalu. Mari belomba untuk meningkatkan kwantitas dan kwalitas
amal kita diakhir Ramadhan ini, karena bisa jadi Ramadhan ini adalah Ramadhan
terakhir yang kita jumpai. Demikian kultum yang kami sampaikan, semoga
bermanfaat bagi kita sekalian.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ