21. MENJADIKAN ALQUR’AN DZIKIR HARIAN
Sudah selayaknya sebagai seorang muslim menjadikan al
qur’an sebagai dzikir harian. Bahkan desah nafas dan dan lantunan di mulut
disaat-saat senggang tidak ada lain kecuali al qur’an. Al qur’an senantiasa ada
di tas ataupun di saku dan ia baca disaat waktu-waktu senggangnya.
Membaca al qur’an, mentadaburinya dan menghafalnya
adalah dzikir yang paling mulia. Ia lebih agung dibandingkan ucapan tasbih,
tahlil, tahmid dan yang lainnya. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda
;
Seorang hamba tidaklah mendekatkan diri kepada Allah (
menyamai ) seperti apa yang keluar darinya, yaitu al qur’an. [ HR. Tirmidzi ].
Bahkan Imam Nawawi rahimahullah berkata : dan
ketahuilah bahwa madzhab yang shahih dan dipilih yang dipegang oleh para ulama’
bahwa membaca al qur’an lebih utama dari membaca tasbih, tahlil, dan dzikir
selain keduanya. Dalil-dalil mengenai hal itu telah jelas.. wallahu a’lam. [ at
tibyan fi adabi hamlatil qur’an : 11 ].
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam juga bersabda ;
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
قَالَ، قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ
قَالَ الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ قَالَ وَمَا الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ قَالَ الَّذِي
يَضْرِبُ مِنْ أَوَّلِ الْقُرْآنِ إِلَى آخِرِهِ كُلَّمَا حَلَّ ارْتَحَلَ
Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang
paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini
bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali
selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi)
Generasi sahabat dapat menjadi
generasi terbaik adalah karena mereka
memiliki ihtimam yang sangat besar terhadap Al-Qur’an. Sayid Qutub dalam
bukunya Ma’alim Fii Ath-Thariq menyebutkan tiga faktor yang menjadi
rahasia mereka mencapai generasi terbaik seperti itu. Pertama karena
mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber pegangan hidup,
sekaligus membuang jauh-jauh berbagai sumber-sumber kehidupan lainnya. Kedua,
ketika membacanya mereka tidak memiliki tujuan-tujuan untuk tsaqafah,
pengetahuan, menikmati keindahan ataupun tujuan-tujuan lainnya. Namun tujuan mereka
hanya semata-mata untuk mengimplementasikan apa yang diinginkan Allah dalam
kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang
berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliyah. Mereka memandang bahwa Islam
merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu,
baik yang bersifat pemikiran ataupun kebudayaan.
Tilawatul
qur’an; itulah kunci utama kesuksesan
mereka. Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan, “Usahakan agar Anda memiliki
wirid harian yang diambil dari kitabullah minimal satu juz per hari dan
berusahalah agar jangan mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sebulan dan jangan
kurang dari tiga hari.”
Kadar wirid al qur’an
Seorang muslim wajib menjadikan menjadikan bacaan al
qur’an sebagai wirid harian. Seorang muslim juga wajib untuk menghatamkan
seluruh al qur’an menurut kadar kemampuannya. Banyak hadist dan contoh dari
para pendahulu kita yang shalih dalam semangat mereka menghatamkan al qur’an.
Adalah utsman bin affan menghatamkan al qur’an dalam
semalam. Ada juga yang menghatamkan al qur’an dalam sebulan sebagaimana Imam as
Syafi’i. dan beliau menghatamkan al qur’an dua kali sehari pada bulan ramadhan.
Sedangkan imam Bukhori menghatamkan al qur’an sekali dalam sehari pada bulan
ramadhan. [ fadhoilul qur’an 7/505 – 506 ].
Diantara hadist-hadist yang menyebutkan akan kadar
wirid al qur’an adalah ;
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فِي كَمْ أَقْرَأُ
الْقُرْآنَ؟ قَالَ اخْتِمْهُ فِي شَهْرٍ، قُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ
ذَلِكَ؟ قَالَ اخْتِمْهُ فِي عِشْرِينَ، قُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ
ذَلِكَ؟ قَالَ اخْتِمْهُ فِي خَمْسَةَ عَشَرَ، قُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ
مِنْ ذَلِكَ؟ قَالَ اخْتِمْهُ فِي عَشْرٍ، قُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ
ذَلِكَ؟ قَالَ اخْتِمْهُ فِي خَمْسٍ، قُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ؟
قَالَ فَمَا رَخَّصَ لِي - رواه الترمذي والدارمي
Dari Abdullah
bin Amru bin Ash ra, aku berkata kepada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, ”Wahai Rasulullah seberapakah aku (seharusnya)
membaca Al-Qur'an?” Beliau menjawab, 'Khatamkanlah Al-Qur'an dalam satu bulan.”
Aku berkata, “Aku sanggup lebih baik dari itu wahai Rasulullah?” Beliau
bersabda, “Khatamkanlah dalam dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku sanggup
lebih baik dari itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Khatamkanlah dalam
lima belas hari.” Aku berkata lagi, “Aku sanggup lebih baik dari itu wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Kemudian aku
berkata lagi, “Aku sanggup lebih baik dari itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam lima hari”. Aku berkata lagi, “Aku sanggup lebih baik dari
itu wahai Rasulullah?' Namun beliau tidak memperbolehkan lagi.” (HR. Turmudzi
& Darimi).
Dalam membaca Al-Qur'an, kita dianjurkan untuk
membacanya secara keseluruhan dari awal hingga akhir secara terprogram. Bahkan harus disertai dengan target dan batasan waktu
tertentu. Hal ini terlihat jelas dari hadits di atas, dimana Abdullah bin Amru
bin Ash radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, seberapakah aku (seharusnya) membaca
Al-Qur'an?” Dan menanggapi pertanyaan Abdullah bin Amru bin Ash tersebut,
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam justru mengarahkannya untuk membacanya
dalam satu bulan, atau dua puluh hari, atau lima belas hari, atau sepuluh hari,
atau lima hari. Maka sepatutnyalah kita juga memiliki target tertentu untuk
menkhatamkan Al-Qur'an.
Dalam hal menghatamkan al qur’an, ada sebuah komentar
yang sangat bagus dari Imam
an-Nawawi rahimahullah seraya
berkata: "Sepantasnya seseorang menjaga rutinitas
dan memperbanyak membaca
al-Qur`an. Para salaf mempunyai kebiasaan
yang bervariasi dalam
mengkhatamkan al-Qur`an. Ibnu Abi
Daud meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa di antara mereka ada yang
mengkhatamkan setiap dua
bulan, ada yang
setiap bulan, ada yang
setiap sepuluh hari.
Dan dari sebagian
mereka ada yang mengkhatamkan setiap delapan hari, dan
dari kebanyakan mereka adalah mengkhatamkan al-Qur`an setiap tujuh malam. Dan
dari sebagian mereka ada yang
mengkhatamkan setiap tiga hari. Dan yang terbaik bahwa hal itu berbeda menurut
tugas dan kewajiban seseorang. Apabila dengan pelan ia bisa memahami
makna dan tafsirnya
secara baik, maka
hendaklah ia membaca menurut
kadar yang ia bisa
mendapatkan kesempurnaan
pemahaman yang dia baca. Demikian pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu
(mengajar, berdakwah dan sejenisnya) maka hendaklah membatasi diri agar tidak
mengurangi tugas utamanya. Dan jika bukan seperti golongan di atas dan tidak
punya tugas yang lain, maka hendaklah ia memperbanyak membacanya sebatas
kemampuannya yang tidak
menyebabkan rasa bosan. [ At-Tibyan
fi adabi hamlatil al qur’an : 46 ].
Pada posisi dimanakah kita hari ini ?. apakah kita
seorang da’I yang menghabiskan waktunya untuk ummat dan dakwah ?. jika tidak
kenapa sulit bagi kita untuk menyelesaikan bacaan al qur’an dalam sebulan atau
dua bulan. Mungkin kurang seriusnya diri kita, atau karena memang tidak
menyempatkan untuk menyelesaikannya. Padahal kita rutin membaca Koran, majalah
dan surat kabar. Sementara al qur’an yang menjadi pedoman hidup kita tidak
sempat dibaca dan ditarget untuk menghatamkannya.
Kemuliaan seseorang terletak pada hafalan qur’annya
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengutamakan
di antara para
sahabatnya menurut kadar hapalan al-Qur`an mereka. Apabila
mengutus pasukan, memilih komandan pasukan yang paling banyak hafalannya. Beliau
mengangkat imam dalam shalat bagi yang paling banyak hapalannya. Mengedepankan
di liang lahat bagi
yang paling banyak
hapalannya. Maka banyak
sekali dorongan dan motivasi
untuk lebih giat
menghapal al-Qur`an.
Para salaf rahimahullah merasakan ketenangan dan
kenikmatan saat membaca al-Qur`an, karena ia adalah Kalamullah yang tidak pernah
bosan membacanya dan tidak
pernah jemu mendengarnya.
Allah ta’ala menghilangkan rasa
jemu dan bosan
dari pembaca dan pendengarnya dengan keikhlasan dan
kebenaran iman, untuk memudahkan membaca dan mendengarnya. Firman Allah ta’ala :
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. al-Qamar:17)
Inilah rahasia perkataan Utsman bin Affan radhiyallahu
‘anhu : 'Jikalau hati kamu bersih niscaya kamu
tidak pernah kenyang
dari Kalamullah." Itulah
penyebab mereka selalu membaca
al-Qur`an dan menjaga
hizib mereka. Hasan
al-Bashri rahimahullah berkata:
"Carilah kenikmatan dalam
tiga perkara: shalat, al-Qur`an
dan doa. Jika kamu mendapatkannya maka pujilah Allah ta’ala atas hal itu, dan
jika kamu tidak mendapatkannya maka ketahuilah bahwa pintu kebaikan telah
ditutup atasmu."
Para salaf tidak
hanya memberi perhatian
terhadap membaca al-Qur`an
lewat mushhaf, bahkan
mereka berlomba-lomba dalam menghapalnya. Allah ta’ala telah
memberikan kemudahan dalam membaca
dan menghafalnya bagi
siapa pun yang
ingin mengharapkan pahala dan berminat menghapalnya.
Dan di antara kemudahannya adalah mudah dibaca dan
menghafalnya. Di antara keutamaan
menghapal al-Qur`an adalah
hadits yang diriwayatkan Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, 'Rasulullah sallallahu alaihi
wasallam bersabda:
إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي
جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنْ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ
"Sesungguhnya
orang yang tidak
ada sedikitpun al-Qur`an
di dalam rongganya, ia seperti
rumah yang runtuh." [ HR. at-Tirmidzi 2910 ].
Marilah kita koreksi diri kita. Sudahkah kita
mentargetkan dalam membaca dan menghafalkan al qur’an ?. karena memang jiwa
yang bersih tidak akan kenyang dengan bacaan al qur’an. Dan rongga yang tidak
pernah digunakan untuk membaca dan menghafal al qur’an sebagaimana rumah yang
runtuh. Jika belum, mulailah dari sekarang. Karena ketenangan jiwa hanya akan
dirasakan bagi orang-orang yang senantiasa bersanding dengan al qur’an. [ Amru
].