Kiat Membuka Pintu Rizqi
1. Istighfar
Allah Ta’ala berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ
غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ
بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
(12)
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun
kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri
rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa.
أَنَّ رَجُلًا شَكَى إِلَيْهِ الْجَدْب فَقَالَ
اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر الْفَقْر فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ
اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر جَفَاف بُسْتَانه فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ،
وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر عَدَم الْوَلَد فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، ثُمَّ تَلَا
عَلَيْهِمْ هَذِهِ الْآيَة
“Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada
Al-Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Al-Hasan menasehatkan,
“Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang
kemiskinannya. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah)
kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang
kekeringan pada lahan (kebunnya). Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah
(mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena
sampai waktu itu belum memiliki anak. Lalu Al-Hasan menasehatkan,
“Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian setelah itu Al-Hasan Al-Bashri membacakan
surat Nuh di atas. (Riwayat ini disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar di Fath
Al-Bari, 11: 98)
2. Menjalin
silaturahim
Silaturahim adalah menjalin hubungan dengan kerabat
yang pernah putus atau terus menjalin yang telah selama ini ada.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ
يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan
dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari no.
5985 dan Muslim no. 2557).
Kata Imam Nawawi dilapangkan rezeki adalah diluaskan
atau diperbanyak rezekinya. Juga bisa maksudnya adalah Allah berkahi rezekinya.
(Syarh Shahih Muslim, 16: 104)
Ibnu Hajar dalam Al-Fath menjelaskan,
“Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik
saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahrom ataukah
tidak.”
3. Memperbanyak
sedekah
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ
مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ
وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan
rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang
sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR.
Muslim, no. 2588)
Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya
bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran:
·
Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan
berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan
keberkahannya. Secara inderawi dan realita bisa dirasakan.
·
Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun
kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus
ditambah dengan kelipatan yang amat banyak. (Syarh Shahih Muslim, 16:
128)
4. Bertakwa
pada Allah
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ,
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita
penjelasan menarik mengenai pengertian takwa. Beliau rahimahullah
berkata,
“Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah
atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia
meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan
siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan diri pada Allah
selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal
yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ
مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku
dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri
pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih
yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (Majmu’
Al-Fatawa, 10: 433)
5. Melakukan
haji dan umrah
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا
يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya
menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan
karat pada besi, emas, dan perak.” (HR. An-Nasai no. 2631, Tirmidzi no.
810, Ahmad 1: 387. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
6. Memperbanyak
doa minta rezeki
Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dari hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia menyatakan:
Setiap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukan shalat Shubuh, setelah salam, beliau membaca do’a berikut,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا
طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon
thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.
Artinya:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang
bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima
(di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan
Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Juga do’a lainnya dari hadits ‘Ali, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan doa berikut,
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ
وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa
agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak.
Artinya:
“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan
jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari
bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Hindari Cara yang Haram
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا
لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا
فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ
بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke
dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia
habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan
perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki
mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena
rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR.
Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166,
hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Dalam hadits disebutkan bahwa kita diperintah untuk
mencari rezeki dengan cara yang baik atau diperintahkan untuk “ajmilu fit
tholab”. Apa maksudnya?
·
Janganlah berputus asa ketika belum mendapatkan rezeki
yang halal sehingga menempuh cara dengan maksiat pada Allah. Jangan sampai kita
berucap, “Rezeki yang halal, mengapa sulit sekali untuk datang?”
·
Jangan sampai engkau mencelakakan dirimu untuk sekedar
meraih rezeki.
Intinya karena tidak sabar. Seandainya mau bersabar
mencari rezeki, tetap Allah beri karena jatah rezeki yang halal sudah ada. Coba
renungkan perkataan Ibnu ‘Abbas berikut ini. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
berkata,
ما من مؤمن ولا فاجر إلا وقد كتب الله تعالى له رزقه من
الحلال فان صبر حتى يأتيه آتاه الله تعالى وإن جزع فتناول شيئا من الحرام نقصه
الله من رزقه الحلال
“Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat)
sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga
rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar
lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki
halal untuknya.” (Hilyah Al-Auliya’, 1: 326)