SAAT ZAMAN PENUH FITNAH

SAAT ZAMAN PENUH FITNAH


Diriwayatkan dari Ka’ab bin ‘Iyadh Radhiyallahu anhu, dia mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ

Sesungguhnya masing-masing umat itu ada fitnahnya dan fitnah bagi umatku adalah harta [HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibni Hibbân dalam shahihnya]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

Demi Allâh ! Bukan kefakiran yang saya khawatirkan atas kalian, namun yang saya khawatirkan adalah kalian diberi kemakmuran dunia sebagaimana pernah diberikan kepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka. Sehingga akhirnya dunia menyebabkan kalian binasa sebagaimana mereka. [HR. Bukhâri dan Muslim]

Harta itu ujian dari semua sisi. Dimulai saat mengumpulkan dan mengembangkannya, kesibukan ini sering melalaikan seseorang dari beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla . Juga kegemaran menumpuk harta yang tidak pernah bisa mencapai titik klimaks, diperparah lagi dengan prilaku menghalalkan segala cara demi memenuhi ambisinya. Harta juga menjadi fitnah atau musibah bagi yang empunya saat harta dibelanjakan di jalan yang tidak dibenarkan syari’at atau enggan mengeluarkan zakat yang menjadi kewajibannya. Akibatnya, berbagai keburukan pun bermunculan akibat harta.

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Sungguh akan datang suatu masa, saat itu manusia tidak lagi peduli dengan cara apa dia menghasilkan harta, apakah dari sesuatu yang halal ataukah haram ! [HR. Bukhâri]

Siapakah mereka yang selamat dari fitnah tersebut?
Jawabannya :
mereka yang berada ditengah-tengah firqotun najiyah atau thoifah al manshuroh

“Tidak diragukan lagi, 
Ath-Thaifah Al-Manshurah inilah yang berada di atas pemahaman Nabi saw dan para sahabatnya karena dia berada di atas kebenaran, 
sedangkan kebenaran adalah apa yang telah ada diri Nabi saw dan para sahabatnya, 
maka siapa saja yang tetap teguh (komitmen) di atas apa yang ada padanya Al-Jama’ah sebelum terjadi perpecahan, walaupun sendirian, maka dia adalah Al-Jama’ah.

Dengan demikian jelaslah sudah ciri khas (syiar) manhaj Al-Firqah An-Najiyyah dan Ath-Thaifah Al-Manshurah, yaitu Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf umat ini, yaitu Muhammad saw dan orang-orang yang bersamanya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat dan berdakwah kepada persatuan umat di atas pemahaman ini.

Al-Firqah An-Najiyyah dan Ath-Thaifah Al-Manshurah memiliki empat sifat, yaitu :
  1. Laa tazaalu tha’ifah (senantiasa ada sekelompok), ini bermakna terus-menerus sampai hari kiamat senantiasa ada
  2. Zhahiriina ‘ala al-haq (senantiasa menegakkan kebenaran) ini bermakna kemenangan.
  3. Laa yadhurruhum man khadzalahum wa laa man khaalafahum (tidak merugikan mereka orang-orang yang mencela (menghina) dan menyelisihi mereka) bermakna senantiasa membuat kemarahan ahlil bid’ah dan orang kafir.
  4. Kulluhaa fi an-nar illa wahidah (semuanya di neraka kecuali satu) bermakna keselamatan dari kekalnya neraka.”
Allah Ta’ala berfirman, “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan (firqah) di antara mereka beberapa orang (thaifah) untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.” (At-Taubah [9]: 122).

Ayat ini membedakan antara firqah dan thaifah serta menjelaskan bahwa thaifah adalah bagian dari firqah.

Syaikh Salman menggambarkan kaum muslimin terbagi menjadi tiga lingkaran Terkait dengan ayat 122 dari surat At-Taubah:.
(Mereka yang selamat)

Lingkaran pertama, yang paling luas adalah lingkaran Islam

(Mereka adalah seluruh kaum muslimin yang tersebar diseluruh penjuru dunia, kondisi mereka mayoritas terjebak dalam fitnah, baik fitnah syahwat maupun fitnah syubhat

Karena jaminan masuk surga adalah Islam. Karena yang bisa masuk surga hanya jiwa yang muslim. Siapa saja yang muslim maka ia calon penghuni surga. Sebaliknya, siapa yang melakukan salah satu pembatal Islam yang karenanya ia keluar dari Islam maka ia haram masuk surga. Allah Ta’ala berfirman,  “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (Al-Ma’idah [5]: 72

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali ‘Imran [3]: 85)

Rasulullah saw bersabda, yang diriwayatkan dari Rabbnya, “Wahai Ibrahim! Sesungguhnya aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir.” (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah saw juga bersabda, “Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim.” (HR. Muslim)

Allah akan menyiksanya di neraka kalau ia melakukan dosa sesuai dengan kadar dosa-dosanya dan tergantung kehendak Allah kemudian baru dimasukkan ke surga, kecuali Allah memaafkan dan mengampuni dosa-dosanya maka ia tidak akan disiksa di neraka.

Lingkaran kedua adalah lingkaran firqah najiyyah

Jumlah mereka tidak sebanyak dari lingkaran pertama yang tersebar diseluruh penjuru dunia,
Mereka selamat dari berbagai bid’ah dan penyimpangan.

Golongan ini memiliki keutamaan dan keistiqamahan serta kemenangan di dunia dan akhirat yang tidak dimiliki oleh kaum muslimin secara umum, di mana mereka selamat dari bencana syubhat dan syahwat yang menimpa kaum muslimin secara umum.

Syaikh Salman menyimpulkan, setidaknya ada tiga karakteristik firqah najiyyah berdasarkan hadits-hadits tentang iftiraqul ummah (perpecahan umat). Beliau menyebutkan ada lima belas hadits tentang iftiraqul ummah dalam kitabnya. 

Tiga karakteristik tersebut adalah:

1.      Pertama: Memiliki ilmu dan pemahaman yang benar, yang terbangun berdasarkan wahyu, baik dalam bidang akidah maupun syariat, yang membuat mereka tunduk kepada nash wahyu dan tidak memilih pendapat lain di hadapannya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan Barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab [33]: 36)
2.      Kedua: Adanya pengaruh wahyu dan iman yang mendalam terhadap perasan mereka.
3.      Ketiga: Memformat praktik hidup—baik dalam tataran individu maupun jamaah—sesuai dengan tuntutan wahyu.

Ketiga karakteristik tersebut memiliki pengaruh besar dalam kehidupan mereka, baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat (dalam tataran jamaah) :

1.      Mereka selalu menghindari perbedaan pendapat dan perpecahan,
2.      hati mereka lebih menyukai persatuan dan kerukunan. Karena, hidup mereka selalu berlandaskan nash dan mengembalikan segala persoalan mereka kepadanya.
3.      Mereka sangat antusias dan bersemangat untuk menjadi orang-orang yang dicintai Allah dan mendapat ampunan-Nya lantaran mengikuti Rasulullah saw dalam segala aspek kehidupan mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala,  “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‘Imran [3]: 31)

Lingkaran ketiga yang lebih sempit lagi dan terletak di dalam lingkaran kedua adalah lingkaran thaifah manshurah

 Mereka berjumlah sangat sedikit sekali, senantiasa memikul beban berat syari'at Islam, mereka ditakuti dan dicari oleh musuh-musuh Alloh untuk disirnakan.
Ia bagian dari firqah najiyyah. Ia berbeda dengan anggota firqah najiyyah yang lain karena mereka memikul beban dan konsekuensi jihad, tampil beramar makruf nahi mungkar, membangun kehidupan Islami di bawah cahaya Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menghadapi orang-orang zalim, fasik, munafik, dan kafir.

Berdasarkan hadits-hadits thaifah manshurah yang sampai pada derajat mutawatir, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dasar thaifah manshurah ada lima:
  1. Komitmen kepada kebenaran, istiqamah di atas agama yang benar, dan berjalan di atas sunnah.
  2. Melaksanakan perintah Allah dengan menyebarkan sunnah, amar makruf nahi mungkar, dan jihad.
  3. Menjadi pembaru urusan agama yang sudah hilang dari tengah umat.
  4. Selalu eksis sampai hari kiamat, dengan segala makna zhahir yang mencakup arti tampak tidak tersembunyi, teguh di atas agama dan manhajnya, menang dengan hujjah dan burhan (bukti/dalil), dan mendapat pertolongan Allah dalam mengalahkan musuh, sekalipun terkadang juga menerima kekalahan.
  5.  Sabar di atas kebenaran yang mereka pegang teguh. Tidak membahayakan mereka orang-orang yang membuat makar kepadanya, orang-orang yang menyelisihinya, dan orang-orang yang memusuhinya sampai datang keputusan Allah mereka tetap sabar di atas kebenaran tersebut.
Syaikh Abdul Qadir menekankan urgensi karakteristik kedua sebagai ciri khas thaifah manshurah dengan menyebutkan secara spesifik siapa thaifah manshurah untuk masa sekarang ini. Beliau berkata, “Ilmu dan jihad; keduanya adalah sifat thaifah manshurah yang paling penting. … Kelompok yang berilmu dan berjihad dari umat inilah yang dimaksud thaifah manshurah.

Apakah itu anda?
Jawabannya menurut beliau Syaikh Abdul Qadir adalah sebuah kelompok islam yang memadukan antara ilmu dan jihad diatas manhaj ahlus sunnah wal jama'ah (pen)