Bersaudara Karena Alloh

Bersaudara Karena Alloh




 Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits di atas, dalam hal ini ia berkata. “Sesungguhnya di sekeliling ‘Arsy terdapat beberapa mimbar yang terbuat dari cahaya. Di atas mimbar itu terdapat sebuah kaum yang pakaian mereka terbuat dari cahaya dan wajah mereka bersinar. Mereka itu bukan para nabi dan juga bukan para syuhada’, para nabi dan para syuhada’ menginginkan kedudukan seperti mereka.”
Lalu Abu Hurairah berkata, “Wahai Rasulullah, sebutkan sifat mereka kepada kami.” Lalu Rasulullah bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling cinta karena Allah, selalu duduk bersama (membahas perihal agama) karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.” (An-Nasa’i).
Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tiada dua orang yang saling cinta karena Allah kecuali (di antara mereka berdua) yang paling cinta kepada Allah itulah yang paling mencintai temannya.” (Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Anas).
Dikatakan, “Sesungguhnya dua orang yang bersaudara dan berteman karena Allah, jika salah satu dari mereka berdua memiliki kedudukan yang lebih tinggi di akhirat, maka Allah akan mengangkat yang lain bersamanya hingga mencapai kedudukan seperti yang lain. Allah akan mempertemukan mereka sebagaimana anak cucu bertemu dengan kedua orangtuanya.
Hal ini karena, jika persaudaraan dijalankan karena Allah maka ia melebihi hubungan kerabat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala amal perbuatan mereka.” (at-Thur: 21)
Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (dalam hadits Qudsi): ‘Cinta kasih-Ku ditetapkan pada orang-orang yang saling bersilaturahim karena-Ku, cinta kasih-Ku juga ditentukan untuk orang-orang yang saling kasih sayang karena-Ku, cinta kasih-Ku ditetapkan pada orang-orang yang saling mencurahkan kekuatannya karena-Ku, dan cinta kasih-Ku diberikan kepada orang-orang yang saling menolong karena-Ku.'” (Ahmad dari Ubadah bin al-Shamit).
Dan Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya, besok di hari kiamat Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata, ‘Di mana orang-orang yang saling cinta karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku menaunginya di dalam naungan-Ku, (hari ini) adalah hari dimana tiada naungan kecuali hanya naungan-Ku.” (Muslim)

Katakan cinta
Abu Idris al-Khaulaniy berkata kepada Mu’adz (bin Jabbal), “Sungguh aku mencintaimu karena Allah.” Lalu Mu’adz berkata kepadanya, “Aku sangat bahagia, aku sangat bahagia! Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Di hari kiamat nanti ada sekelompok manusia yang ditempatkan di kursi-kursi yang berada di sekeliling Arsy, kursi-kursi tersebut memiliki mimbar dari cahaya. Di dalam kelompok manusia itu terdapat sebuah kaum yang wajah mereka bersinar bagaikan bulan purnama. Orang-orang meminta tolong, namun mereka tidak. Orang-orang merasa takut, namun mereka tidak merasa takut sedikit pun. Mereka itu adalah para kekasih Allah yang tidak ada rasa takut pada dirinya, mereka juga tidak pernah bersedih hati.”
Lalu ditanyakan kepada Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah? ” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang orang yang saling cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan saling duduk bersama karena Allah.” (An-Nasa’i).

Berikan hak-hak terhadap orang mukmin sejati dengan penuh "JANGAN DIKURANGI."

1.      Menolong dan membela-nya
Menolong kaum muslimin dan membela mereka baik dengan jiwa, harta, maupun lisan, dalam urusan dunia atau akhirat. Dan ikut serta merasakan kegembiraan dan kesedihan yang dideritannya.
- أنصر أخاك ظالما أو مظلوما
"Tolonglah saudaramu yang dzalim dan yang didzalimi"
- نرى المؤمنين في تراحمهم وتوادهم وتعاطفهم كمثل الواحد اذا اشتكى منه عضوا تداع له سائر جسده با السهر والحمى

2.      Tidak menghina, meremehkan, ghibah, mencari aib-nya.
Allah berfirman :"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

3.      Memenuhi hak-hak mereka.
Adapun diantara hak-hak mereka yaitu; menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, lemah lembut, mengucapkan salam terhadap mereka dan lain sebagainya. Rasulullah bersabda:
حق المسلم على المسلم ست إذا لقيته فسلم عليه وإذا دعاك فأجبه وإذا استنصحك فانصحه وإذا عطس فحمد الله فسمته وإذا مرض فعده وإذا مات فاتبعه.
`Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada lima: apabila kamu bertemu dengannya ucapkan salam kepadanya, apabila ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, apabila ia meminta nasehat maka nasehatilah, apabila ia bersin dan mengucapkan hamdalah maka jawablah dan apabila ia saki maka jenguklah dan apabila ia mata iringilah ia sampai kekuburannya.

4.      Wajib bergabung dengan barisan kaum muslimin dan tidak berpecah belah.
Allah berfirman dalam surat ali imron ayat 103:  "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."[1]

TINGKATAN-KECINTAAN TERHADAP SESAMA MUSLIM SESUAI KADAR KETAQWAANNYA


Yaitu  terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1.      As Sabiquun Fil Khairat
Mereka adalah para nabi dan rosul, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholih
“Menaruh kecintaan terhadap mereka adalah wajib sepenuhnya”

Ciri-cirinya :
1.      Mereka yang senantiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban,
2.      Meninggalkan perbuatan-perbuatan haram,
3.      Menjaga perbuatan-perbuatan sunnah, dan
4.      Menjauhi perbuatan-perbuatan makruh.
5.      Meninggalkan yang mubah karena takut terjerumus kepada perkara syubhat

2.      Al Muqtashid
Mereka adalah orang-orang sholih yang senantiasa berusaha menjaga syari;at Alloh dengan sepenuh hati

Ciri-cirinya :
1.      Mereka yang melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
2.      meninggalkan perbuatan-perbuatan haram.
3.      Menjaga perbuatan-perbuatan sunnah
4.      Tetapi belum bisa meninggalkan perbuatan-perbuatan makruh

3.      Az zhalimu Linafsihi
Mereka adalah dari kalangan orang-orang islam dari para pelaku maksiat dan dosa besar tetapi tidak sampai kepada tingkat kaafir

Ciri-cirinya :
1.      Orang yang meninggalkan sebagian kewajiban,
2.      Masih melaksanakan sebagian yang haram namun tidak sampai menyebabkan kekufuran.

Ketiga tngkatan itu dijelaskan secara keseluruhan dalam firman Allah:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِير



[1] Qs Ali Imran : 103