Tingkatan Manusia Dalam Sholat

Tingkatan Manusia Dalam Sholat

 Diantara Fungsi Sholat adalah
Supaya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar
Jika seseorang melazimi Sholat lima waktu disatu sisi dia aktif melakukan STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan), Maka sholatnya tidak bermanfaat

Imam Ibnul Qayyim berkata di dalam kitabnya β€œal-Wabil ash-Shayyib min al-Kalimi ath-Thayyib”, manusia dalam shalat terdiri dari lima tingkatan;

Pertama, tingkat muakob, orang yang menzhalimi dirinya sendiri, orang yang asal-asalan dalam sholat. Sekedar menggugurkan kewajiban.

Ciri-ciri tingkatan ini:

  • Tidak menyempurnakan wudhu, misal berwudhu asal basah cukup dengan disiram air, padahal perintah dalam berwudhu adalah dibasuh (sambil digosok dengan tangan).
  • Tidak tepat waktu dalam menunaikan sholat
  • Tidak menjaga batas-batas dan rukunnya
  • Tidak menutup aurat dengan sempurna, misal asal pakai mukena yang transparan dan memakai lengan pendek sehingga ketika takbir terlihatlah pergelangan tangannya.
Orang yg dalam tingkatan ini akan dihukum/disiksa.

Kedua, tingkat muhasab

Ciri-ciri tingkatan ini:
  • Menjaga waktu sholat
  • Menjaga batas-batas dan rukunnya
  • Menyempurnakan wudhu
  • Terlena dalam sholat, begitu takbir pikirannya melayang2 teringat koreksian, teringat setoran hafalan, teringat kunci yg hilang, dll. Dia tdk tahu apa yg dikerjakan dalam sholat, tidak sadar dgn apa yg dia baca,  tidak tahu apa yang dibaca imam. tahu-tahu sudah salam.
Penyebab terlena dalam sholat yaitu: jika laki-laki karena tidak bisa menjaga pandangan, bila perempuan karena tidak bisa menjaga mulutnya.

Orang yg dalam tingkatan ini akan dihisab (bisa disiksa bisa juga diampuni).

Ketiga, Tingkat Mukkafa anhu

Ciri-ciri tingkatan ini:
  • Sama dengan ciri tingkat nomer 2 hanya saja dia berusaha melawan bisikan-bisikan dalam sholat, sehingga dia tersibukkan untuk menepis pikiran-pikiran yang muncul. Sehingga sholatnya tidak khusu'.
Orang yang dalam tingkatan ini tidak mendapat pahala hanya mendapat ampunan.

Keempat, Tingkat Mutsab

Orang yang bila ia berdiri melakukan shalat, ia menyempurnakan hak-haknya dan rukun-rukunnya serta batasan-batasannya, hatinya tenggelam untuk menjaga batasan-batasannya supaya tak ada satupun yang tersia-siakan. Keinginannya seluruhnya tertuju kepada penegakan batasan-batasan shalatnya sebagaimana semestinya. Tingkat ini sampai derajat khusyu'.

Kelima, Tingkat Muqorrob minalloh

Cirinya sama dengan tingkat keempat ditambah dia mampu menghadirkan perasaan sedang berkomunikasi dengan Alloh dan merasa sedang dilihat Alloh (ihsan). Orang seperti ini dibandingkan dengan orang yang lainnya, merupakan orang yang dalam kondisi paling afdhal.
Pages (11)1234567 Next