BERKAWAN DENGAN SETAN?!
كُتِبَ
عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَىٰ عَذَابِ
السَّعِيرِ
yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu,
bahwa barangsiapa yang berkawan dengannya, tentu dia akan menyesatkannya, dan
membawanya ke dalam adzab neraka. (QS. 22:4)”
(al-Hajj: 3-4)
Mujahid
berkata: “Yaitu
syaitan, yang berarti telah ditetapkan terhadap syaitan dengan ketetapan
qadar.” Bahwa barangsiapa yang berkawan dengannya, yaitu mengikuti dan
mencontohnya; fa annaHuu yu-dlilluHu wa yaHdiiHi ilaa ‘adzaabis sa’iir (“Tentu
dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke dalam adzab neraka,”) yaitu dia akan
menyesatkannya di dunia dan di akhirat. Dia akan mengantarkannya kepada adzab
sa’ir (neraka) yaitu api yang panas, pedih, bergolak dan membara.”
As-Suddi
berkata dari Abu Malik, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
an-Nadhr bin al-Harits, demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu Juraij.
KISAH Nadhr bin Harits
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Nadhr bin Harits, Si
Penyair Jahanam
Setelah usulan Abu Jahal ditolak, kini
giliran tampillah Nadr bin Harits, si penyair setan Quraisy. Mengapa ia
dijuluki demikian oleh para pengikut Muhammad ? Tidak lain
adalah karena ketajaman lidah dan kelicikannya terhadap Muhammad.
Ia-lah Quraisy pertama
yang menantang diturunkan azab bila ia salah. Atau menantang Muhammad membuat rumah
dari emas bila benar ia seorang Nabi.
Nadhr memang ditugaskan
oleh para petinggi Quraisy untuk mempengaruhi masyarakat agar membenci Muhammad. Sebagai
penyair hebat
Nadhr berkata,
“Wahai kaum Quraisy, kalian berhadapan dengan masalah yang sulit untuk
dicarikan jalan keluarnya. Muhammad
pernah menjadi pemuda yang paling kalian sukai karena kejujuran dan
integritasnya. Kemudian ia datang membawa agamanya dan kalian katakan ia tukang
sihir.
Tidak! Demi Allah, ia bukan tukang
sihir. Kita tahu bagaimana tingkah laku tukang sihir.
Lalu, kalian katakan ia
peramal.
Tidak! Demi Allah, ia bukan peramal.
Kita tahu bagaimana para peramal mengalami kerasukan dan membaca mantra.
Kalian juga katakan ia
penyair. Tidak! Demi Allah,
ia bukan penyair. Kita tahu semua jenis syair. Apa yang dikatakannya bukanlah
syair indah, tetapi lebih dari itu.
Lalu, kalian katakan ia
gila. Tidak! Ia tidak gila! Kita tahu ciri-ciri orang gila dan ia sama sekali
tidak memiliki ciri-ciri itu. Jadi, pertimbangkanlah masak-masak persoalan ini.
Demi Allah, ini bukan persoalan
yang bisa dianggap remeh!”
Begitulah, segala upaya
mereka lakukan untuk menghentikan dakwah Muhammad. Akhirnya, mereka
sepakat agar dakwah Muhammad
gagal, mereka akan melancarkan tipu daya kepada masyarakat. Mereka akan
menyebarkan dusta bahwa Muhammad
adalah seorang pembohong, gila dan tukang sihir.
Berita ini mereka sebar
ke seluruh penjuru Jazirah Arab bahkan hingga ke Habasyah.
dibuatlah berita bohong
tentang Muhammad
dan mereka sebar ke seluruh penjuru JazirahArab dan tak lupa juga ke
Habsyah. Berita bohong yang mereka sebarkan adalah Muhammad pembohong, orang
gila, dan tukang sihir. Meskipun demikian, Allah memiliki rencana
lain atas tersiarnya berita bohong tersebut. Orang-orang yang berdatangan pada
musim haji ramai-ramai membicarakan Muhammad. Tentu saja hal
ini menimbulkan rasa penasaran mereka untuk mengenal lebih jauh tentang Muhammad. Akhirnya, banyak
dari mereka yang memeluk Islam
setelah mendengar secara langsung dakwah yang Rasulullah saw sampaikan.
Siapakah Nadhr bin
Harits ?
Nadhir adalah salah
satu penyair andalan Quraisy yang selalu gigih menentang Muhammad dan para
sahabatnya. Ia ahli melakukan propaganda, ia lihai merancang tipu
muslihat, ia piawai memperdayai umat dan ia jenius dalam hal menebar
kebohongan.
Ialah satu satunya
penyair Quraisy yang memiliki banyak pengalaman karena ia sering bertualang ke
negeri yang jauh seperti ke Yaman,
Habasyah hingga Persia.
Ia banyak mengumpulkan cerita dari daerah setempat sebagai bahan
‘pidato’nya. Orang orang sering terkesima melihat kekayaan syairnya,
dan kelihaiannya mempengaruhi pendengar.
Dalam menghadapi Muhammad, Nadhr memiliki
strategi yang licik. Ia selalu membuntuti Muhammad kemanapun Muhammad pergi. Dan
bila Muhammad tengah berbicara
dan membacakan ayat ayat Al Quran, ia baru mulai
beraksi.
Nadhr j berusaha
mengalihkan perhatian masyarakat Quraisy [ atau dari kabilah manapun ]
dari mendengarkan ayat
ayat Al Quran. Sehingga
turunlah surat Luqman [31] ayat 6 – 7 :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ
يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ
وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ 6
Dan di antara manusia
(ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan
(manusia) dari jalan Allah
tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.
Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
. وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ
يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِي7
Dan apabila dibacakan
kepadanya ayat–ayat Kami dia berpaling dengan
menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat
di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih
Lalu Nadhr akan
mengatakan bahwa Al Quran
tak lebih dari dongeng dongeng purbakala yang tidak pernah diketahui kepastian
kejadiannya. Kalau soal dongeng, Nadhr memang memiliki
setumpuk referensi dongeng yang ia dapat dari pelbagai negri yang
disambanginya. Terutama dongeng dari kerajaan Persia kuno.
‘Aku akan ceritakan
dongeng yang jauh lebih hebat dari dongeng yang diceritakan Muhammad. Dongeng Muhammad tak lebih dari
cerita orang orang kuno. Tapi dongeng milikku jauh lebih hebat karena ia
berisi dongeng dari berbagai kerajaan di Jazirah maupun Parsi’.
وَإِذَا تُتْلَى
عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا
إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ 31
Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat–ayat Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya
kami telah mendengar (ayat
ayat yang seperti ini),
kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain
hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala”.
Setelah puas
mendongeng, Nadhr akan mengiming imingi dengan kenikmatan dan kesesatan.
Adakalanya dengan mengajak mereka menenggak minuman keras. Terkadang juga
membujuk mereka untuk bersenang-senang. Berburu dan kemudian main perempuan.
Nadhr adalah contoh
salah satu tokoh kafir Quraisy yang menghalangi dakwah Islam tidak secara frontal
atau langsung. Tipu muslihatnya dilakukan dengan tidak main fisik,
melainkan dengan kata kata.
Ia memadamkan cahaya Islam dengan jubah
Islam. Pertama ia akan
mengakui bahwa ayat ayat Al Quran yang dibawa Muhammad adalah baik dan
indah. Setelah memuji dan yakin orang orang mulai menaruh perhatian
padanya, barulah Nadhr membacakan dongeng dongeng miliknya sendiri. Yang
dikatakannya berasal dari berbagai belahan tempat yang ia kunjungi. Nadhr
memang seseorang yang memiliki pengalaman dan jaringan yang luas dan kuat.
Setelah itu baru ia
menjadikan Al Quran
sebagai bahan ejekan. Lalu mengacaukan pembacaan Al Quran dengan berbagai
cara, antara lain, dengan siulan, musik, nyanyian, dan tepukan tangan. Tetapi
segala tipu daya yang ditempuh oleh An Nadhr tidak membuahkan hasil.
Malahan ia mendapat ancaman dari Allah
SWT dengan azab yang pedih.
Tipu daya Nadhr mirip
yang dilakukan oleh orang orang munafik.
Tapi di periode Mekah
ini, di saat itu, belum muncul orang orang munafik. Sehingga
tidak ada orang munafik
di Mekah. Orang orang munafik baru muncul/ ada
di Madinah.
Di Mekah, hanya ada 2 kubu. Yakni kubu Muhammad atau kubu kafir
Quraisy. Tidak ada kubu ‘abu abu’, di Madinah-lah baru muncul
orang ‘abu abu’.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا
فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ 26
Dan orang-orang yang
kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah
hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).
فَلَنُذِيقَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا عَذَابًا شَدِيدًا وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَسْوَأَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ 27
Maka sesungguhnya Kami
akan merasakan azab yang keras kepada orang-orang kafir dan Kami akan memberi
balasan kepada mereka dengan seburuk-buruk pembalasan bagi apa yang telah
mereka kerjakan.
Setelah dongeng
dongengnya tidak mempan untuk menghentikan orang orang dari ke’terpesoaan’
kepada Muhammad, Nadhr
bin Harits mulai menantang Muhammad.
‘Jika benar kau adalah
utusan Allah, coba kau pancarkan
mata air disini. Atau jadikan kebun kurma
dan anggur di Mekah, dengan sungai
sungai di celah kebun yang deras airnya. Atau mengapa kau tak punya rumah
dari emas ? Atau mengapa kau tidak naik ke langit menemui malaikat?’
Tidak cukup melecehkan,
Nadhr malah menantang Muhammad
dengan meminta ditimpakan azab.
‘Coba saja, jika Al Quran itu benar,
hujanilah kami degan batu dari langit atau azab kami dengan pedih,
Seseorang peminta telah
meminta kedatangan azab yang bakal terjadi, سَأَلَ
سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ 1
وَإِذَا تُتْلَى
عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا
إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ 31
Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat–ayat Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya
kami telah mendengar (ayat
ayat yang seperti ini),
kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain
hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala”.
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ
فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
32
Dan (ingatlah), ketika
mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang
benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau
datangkanlah kepada kami azab yang pedih”.
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ
يَنْبُوعًا 90
Dan mereka berkata:
“Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari
bumi untuk kami,
أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الأنْهَارَ
خِلالَهَا تَفْجِيرًا 91
atau kamu mempunyai
sebuah kebun kurma dan anggur, lalu
kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya,
أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ
بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا 92
atau kamu jatuhkan
langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan
Allah dan
malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami.
أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ
وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ
سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا بَشَرًا رَسُولا 93
Atau kamu mempunyai
sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak
akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab
yang kami baca” Katakanlah : “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang
manusia yang menjadi rasul?”
Seseorang peminta telah
meminta kedatangan azab yang bakal terjadi, سَأَلَ
سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ 1
Kematian Nadhr bin
Harits
Pada waktu perang Badar, An Nadhr turut
serta keluar bersama kaumnya. Ia termasuk tawanan perang kaum muslimin.
Karena selama ini ia terus menerus melecehkan Al Quran, dan
menghalang-halangi syiar Islam,
maka Nabi Muhammad saw. menolak
tebusan untuknya.
Dan ia meninggal dunia
dalam keadaan tetap musyrik. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat–ayat Kami, mereka berkata :
” وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا
لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ 31
Sesungguhnya kami telah
mendengar (ayat–ayat yang seperti ini), kalau kami
menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Qur’an) ini tidak lain
hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala”. [ Surat Al Anfaal [8] ayat
31 ]
Nadhr Nadhr di Jaman
Modern
Di jaman modern,
semakin banyak kita temui Nadhr Nadhr baru. Para pengikut Nadhr.
Orang orang yang mengaku Islam
namun tidak mengakui kebenaran Al Quran.
Mereka melecehkan Al Quran
dengan cara cara yang rendah, seperti menafsirkan Al Quran dengan
berdasarkan hawa nafsu.
Mereka bahkan menantang
umat Islam dengan meminta
Azab diturunkan atas mereka, jika mereka salah. Persis seperti yang
dilakukan Nadhr bin Harits, 1400 tahun yang lalu.
Memang betul, semua
kejadian di muka bumi ini hanya berupa pengulangan pengulangan. Itu
sebabnya Al Quran lebih banyak
bercerita tentang kisah kisah lalu, sebagai bahan pelajaran umat manusia
ABU JAHAL
Untuk mencegah
meluasnya dakwah Rasulullah, kaum kafir
Quraisy melakukan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan
mengerahkan para penyair hebat pada masa itu. Dan itu bukanlah hal sulit,
mengingat Mekah adalah pusat ziarah
yang dikunjungi pelbagai kabilah di jazirah Arab.
Sehingga sebagai pusat
kota, selalu ada orang orang hebat disitu. Terutama para penyair.
Dijaman Rasulullah
waktu itu, penyair memiliki peran penting dalam mensukseskan sebuah kebijakan
‘petinggi’ Quraisy. Para penyair punya peran yang besar untuk menentukan
arah sebuah kepentingan.
Penyair itu mampu
mengarahkan orang orang untuk menyukai sesuatu, menolak atau bahkan membenci
sesuatu atau seseorang. Pendek kata, para penyair bagaikan sebuah ‘media
yang berjalan’ yang kebanyakan disetir oleh orang orang kaya untuk kepentingan
mereka.
Orang orang kafir
Quraisy yang merasa marah dan geram karena selama ini tidak berhasil meredam
dakwah Muhammad.
Meskipun berbagai kekejaman sudah mereka lakukan untuk menakut nakuti Muhammad dan pengikut
pengikutnya. Tapi Muhammad
dan para sahabatnya a sama sekali tidak merasa takut, meski juga tidak
berani melakukan perlawanan. Tapi Muhammad dan pengikutnya
tetap kokoh bagaikan tembok baja.
Menghadapi hal ini, Abu Jahal, salah seorang
paman yang amat membenci Muhammad
mengusulkan agar membunuh Muhammad
saja. Dengan itu masalah selesai ! Karena tanpa kehadiran Muhammad, para pengikutnya
akan mudah dibasmi, dihancurkan hingga ke akar akarnya.
Di luar dugaan,
ternyata sebagian yang lain menentang pendapat ini. Hal ini disebabkan Muhammad masih mendapat
dukungan dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Padahal dua
bani itu adalah kabilah yang sangat berpengaruh di kota Mekah !
Membunuh Muhammad berarti menyulut
api peperangan antara kabilah-kabilah Quraisy. Yang mereka takutkan lagi bahwa
mereka tidak akan sanggup menghadapinya. Akhirnya lewat berbagai diskusi, para
petinggi kafir Quraisy itu berkesimpulan bahwa membunuh Muhammad justru sama
artinya memercikkan api ke genangan minyak tanah. Panasnya hanya akan
menghanguskan siapa saja !